Usia Ita sekitar 22 tahun. Dengan tubuh sintal yang tidak seberapa
tinggi, jujur saja gadis ini tidak masuk kategori cantik. Namun, gadis
berdarah campuran Sumatra dan Sunda ini terlihat begitu menarik sore itu
di salah satu mal di bilangan Slipi, Jakarta Barat.Rok hitam sedengkul
dengan blus warna biru yang dikenakannya terlihat begitu serasi membalut
kulitnya yang kuning langsat. “Hai, apa kabar. Sudah lama menunggu,”
ujar Ita dengan suara lembut.
Selain penampilannya yang lugu plus senyum manis, ’senjata’ paling ampuh
lainnya yang dimiliki Gita adalah suara. Ya. Suara Gita memang bisa
membuat pria yang mendengarnya melalui saluran telepon ‘esek-esek’
(party line) betah berlama-lama. Profesinya memang sebagai operator
telepon di salah satu penyedia jasa party line yang cukup punya nama di
Jakarta dengan label Cewek Siap Saji disaluran 0809-100-50xx.
Setiap hari, tujuh hari dalam seminggu, Ita masuk ‘kantor’ sejakpk.07.00
hingga pk.15.00 dengan target 150 menit perbincangan telepon setiap
harinya. “Kalau nggak tercapai target, saya harus over time, kadang
sampai pk.19.00 atau bahkan pk.21.00,” tutur Ita kepada Bisnis.
Bila sampai batas over time tidak ada laki-laki iseng yang menelepon,
maka pemilik room nomor 108 ini harus siap-siap nombok keesokan harinya.
“Kadang saya sehari bisa tembus 200 menit.Kelebihannya bisa buat
nombokin kekurangan yang kemarin,” tambah gadisyang mengaku rata-rata
mendapat penghasilan Rp700.000 per bulan dari profesinya sebagai
operator telepon party line.
Berbeda dengan Feby, sebut saja begitu namanya. Gadis asal Bogor ini
bisa mengantongi penghasilan Rp3,2 juta setiap bulan karena memiliki
pelanggan yang nota bene adalah pegawai PT.Telkom.“Sebulan rata-rata
saya bisa mengantongi poin 15.000 menit.Pelanggan saya yang orang Telkom
malah sering menggantung teleponnya setelah puas bicara. Jadi ‘argo’
jalan terus. Maklum, di kalangan pegawai Telkom mereka sudah tahu cara
menggunakan party line dengan tidak perlu mengeluarkan uang dalam jumlah
besar,” kata Feby.
Bertambah marak
Memang, belakangan ini bisnis party line terlihat semakin menjamur saja.
Jumlah penyelenggara jasa premium call yang menawarkan party line
diduga terus tumbuh. Hingga kini diperkirakan jumlahnya telah mencapai
sekitar 40 operator, baik yang mengantongi lisensi penyelenggaraan jasa
premium call ataupun yang tidak memiliki lisensi alias ‘operator liar’.
Pasalnya, saat ini di Ditjen Pos dan Telekomunikasi hanya terdaftar 24
operator premium call. Pemerintah memang telah beberapa kali melakukan
razia penyelenggara layanan telepon premium call yang dinilai berpotensi
melanggar aturan hukum. Namun, pihak terkait tidak menemukan adanya
pelanggaran penyelenggara jasa premium call tersebut.
Di beberapa surat kabar, penyedia jasa party line bahkan tak segan-segan
mengiklankan ‘dagangan’ secara vulgar. Sebut saja saluran GB
(0809-1-588-5xx) yang mematok tarif Rp1.710 per 30 detik untuk fix phone
dan sekitar Rp3.000 untuk penelepon yang menggunakan handphone dengan
sim card Simpati, ProXL, dan Flexi.
Meskipun di iklan tertulis No sex, SARA, politic, 18+ only, tetapsaja
saluran ini menawarkan fantasi seks dengan kata-kata. Kemudian di
saluran yang lain (0809-104-30xx) iklan penyedia jasa party line lainnya
berbunyi begini: Oooh…! Sakit tau…! Tapi, enak juga sich…!
Kemudian ada lagi yang beriklan lebih menggiring calon penelepon dengan
kata-kata yang sedikit kampungan seperti Colokin bang…, Obral nikmat,
Gadis binal, Udah nggak tahan nih, kita lakukansekarang yuk…!,
Janda-janda kaya mencari laki-laki perkasa yang tahan 24 jam, Kencan
semalam atau cari simpanan, Mainan lelaki, Main yuk…! Main apa aja deh,
yang penting bisa bikin Tina berkeringat, dan masih banyak lagi slogan
yang membuat pembaca terpincut ingin mencoba.
Namun, dari penelusuran Bisnis ke beberapa penyedia jasa partyline,
tampaknya belum ada penyedia jasa yang benar-benar menyediakan
‘operator’ dengan keterampilan pengetahuan yang mumpuni.Mereka,
rata-rata hanya pandai merayu dengan nada kolokan yang malah terkesan
membosankan.
“Dulu gua sering gabung di ‘klub gatel’ [istilah untuk orang-orang yang
gemar menggunakan jasa party line]. Tapi lama kelamaan, bosan,
begitu-begitu aja,” ujar Agung, seorang manajer bank swasta yang mengaku
pernah menghabiskan pulsa telepon hingga Rp2,5 juta per bulan untuk
melakukan fantasi seks via premium call.Menurut penuturan Agung,
sebagian besar operator party line yang pernah menjadi langganannya bisa
diajak ‘kopi darat’ alias bertemu muka. “Tapi tidak semuanya bisa
langsung diajak check in.Hanya satu dua orang saja, itu pun kalau kita
sudah akrab dan terhitung sering menelepon dia,”tambahnya.
Mengenai biaya besar yang mesti dikeluarkan setiap bulannya,Agung
mengaku tidak keberatan dengan semua itu. “Selain bisa memuaskan nafsu
sesaat, seks via telepon kan lebih aman, nggak akan tertular
penyakit.”Banyak caller (istilah untuk penelepon party line) yang
tidakpeduli dengan semua itu. Padahal, sekali masuk ke saluran party
line, operator akan habis-habisan menjerat caller berlama-lama mendengar
desahan mengundang birahi. Imajinasi seks itulah yang menjadi daya
pikat layanan party line.
Hal wajar
Menurut Ferryal Loetan, konsultan seks dari RS Persahabatan Jakarta,
maraknya jasa telepon seks atau party line sebagai hal yang wajar
terjadi di negara yang selama ini menutup diri terhadap masalah seksual
seperti halnya Indonesia. Jasa semacam itu, kata dia,akan terus
bermunculan selama masih diminati konsumen. “Sama seperti orang
berdagang, ada penjual ada pembeli,” katanya.Meski begitu Ferryal
mengatakan hal ini tidak perlu disikapi berlebihan karena pada taraf
tertentu mereka yang menjadi pengguna jasa party line akan mengalami
kejenuhan. Dia mencontohkan kasus yang terjadi di AS. Sekitar 1970-1980,
jasa sejenis juga marak di Negeri Paman Sam itu. Namun lambat laun mati
dengan sendirinya. “Begitu juga di sini, diamkan saja,tidak usah
terlalu berlebihan. Nanti juga jenuh sendiri.”Penelitian khusus perihal
jasa party line memang belum pernah dilakukan, namun Ferryal meyakini
sebagian besar penggunanya berasal dari kalangan remaja yang merasa
penasaran dan ingin tahu, terlebih setelah melihat iklan-iklan
menggiurkan yang marak di media cetak.
Namun, tambahnya, tidak tertutup kemungkinan jasa ini jugadigunakan oleh
orang-orang dewasa yang iseng dan kebetulan mempunyai kesempatan. “Bisa
saja mereka menggunakan telepon dari kantor,soalnya tarif telepon untuk
ini terbilang mahal,” jelasnya.
Saluran telepon seks atau menurut istilah Ferryal Loetan‘mengekspos
seksual dalam bentuk audio’ merupakan bentuk lain pencarian sensasi
erotisme, ternyata bisa juga dilakukan dengan istri atau pacar untuk
meningkatkan gairah pasangan. “Awalnya kita buat skenario sendiri, mulai
dari foreplay, intercouse, dan seterusnya,” tuturnya
Hanya perlu diingat, mereka yang sampai ketagihan melakukan sex by
phone, terutama yang melakukannya melalui jasa-jasa yang kini marak,
menurut Ferryal adalah orang-orang yang pada dasarnya kurang percaya
diri.