Cerita Dewasa Tante Binal - Berikut beberapa cerita dewasa tante binal yang dijamin bisa memuaskan fantasy seks para kaum adam dan khusus ane persembahkan untuk para pengunjung setia di forumkami.
Cerita Dewasa Tante BinalPada suatu hari ketika aku ke villa pamanku, aku menemukan sebuah album foto di kamar Tante Yani, yang ternyata berisi foto bugil Tante-Tanteku. Kubolak balik foto-foto tersebut yang menampakkan tubuh-tubuh telanjang Tante-Tanteku, walaupun ada yang ssudah berumur diatas 40 tahun seperti Tante Endang dan Tante Rani tapi tubuh mereka tidak kalah dengan keempat istri muda yang lain. Membuat aku terangsang dan ingin merasakan hangatnya tubuh mereka. Hingga ada ide gila untuk memperalat mereka melalui foto-foto tersebut. Mulai kususun rencana siapa yang pertama aku kerjain, lalu kupilih Tante Tante Endang (45 tahun) dan Tante Rina (37 tahun).
Aku telepon rumah Tante Endang dan Tante Rina. Aku minta mereka untuk menemuiku di villa keluarga. Aku sendiri lalu bersiap untuk pergi ke sana. Sampai disana kuminta penjaga villa untuk pulang kampung. Tak lama kemudian Tante Endang dan Tante Rina sampai. Kuminta mereka masuk ke ruang tamu.
“Ada apa sih Anto?” tanya Tante Endang yang mengenakan kaos lengan panjang dengan celana jeans.
“Duduk dulu Tante,” jawabku.
“Iya ada apa sih?” tanya Tante Rina yang mengenakan Kemeja you can see dengan rok panjang.
“Saya mau tanya sama Tante berdua, ini milik siapa?”, kataku sambil mengeluarkan sebuah bungkusan yang di dalamnya berisi setumpuk foto. Tante Endang lalu melihat foto apa yang ditunjukkan olehnya.
“Darimana kamu dapatkan foto-foto ini?” tanya Tante Endang panik mendapatkan foto-foto telanjang dirinya.
“Anto.. apa-apaan ini, darimana barang ini?” tanya Tante Rina dengan tegang.
“Hhhmm.. begini Tante Endang, waktu itu saya kebetulan lagi bersih-bersih, pas kebetulan dikamar Tante Yani saya lihat kok ada foto-foto telanjang tubuh Tante-Tante yang aduhai itu,” jawabku sambil tersenyum.
“Baik.. kalau gitu serahkan klisenya?” Kata Tante Rina.
“Baik tapi ada syaratnya lho,” jawabku.
“Katakan apa syaratnya dan kita selesaikan ini baik-baik,” kata Tante Endang dengan ketus.
“Iya Anto, tolong katakan apa yang kamu minta, asal kamu kembalikan klisenya,” tambah Tante Rina memohon.
“Ooo.. nggak, nggak, saya nggak minta apa-apa, Cuma saya ingin melihat langsung Tante telanjang,” kataku.
“Jangan kurang ajar kamu!” kata Tante Endang dan Tante Rina dengan marah dan menundingnya. “Wah.. wah.. jangan galak gitu dong Tante, saya kan nggak sengaja, justru Tante-Tante sendiri yang ceroboh kan,” jawabku sambil menggeser dudukku lebih dekat lagi.
“Bagaimana Tante?”
“Hei.. jangan kurang ajar, keterlaluan!!” bentak Tante Rina sambil menepis tanganku.
“Bangsat.. berani sekali, kamu kira siapa kami hah.. dasar orang kampung!!” Tante Endang menghardik dengan marah dan melemparkan setumpuk foto itu ke wajahku.
“Hehehe.. ayolah Tante, coba bayangkan, gimana kalo foto-foto itu diterima paman di kantor, wah bisa- bisa Tante semua jadi terkenal deh!!” kataku lagi.
Kulihat kananku Tante Endang tertegun diam, kurasa dia merasakan hal yang kuucapkan tadi. Kenapa harus kami yang tanggung jawab,
“Tante-Tantemu yang lain kok tidak?” tanya Tante Endang lemas.
“Oh, nanti juga mereka akan dapat giliran,” jawabku.
“Bagaimana Tante? Apa ssudah berubah pikiran?”
“Baiklah, tapi kamu hanya melihat saja kan?” tanya Tante Rina.
“Iya, dan kalau boleh sekalian memegangnya?” jawabku.
“Kamu jangan macam-macam Anto, hardik Tante Endang.”
“Biarlah Mbakyu, daripada ketahuan,” jawab Tante Rina sambil berdiri dan mulai melepas pakaiannya, diikuti Tante Endang sambil merengut marah.
Hingga tampak kedua Tanteku itu telanjang bulat dihadapanku. Tante Endang walau ssudah berusia 45 tahun tapi tubuhnya masih montok, dengan kulit kuning langsat dan sedikit gemuk dengan kedua payudaranya yang besar menggantung bergoyang-goyang dengan puting susunya juga besar. Turun kebawah tampak pinggulnya yang lebar serta bulu hitam di selangkangan amat lebat. Tidak kalah dengan tubuh Tante Rina yang berusia 37 tahun dengan tubuh langsing berwarna kuning langsat, serta payudaranya yang tidak begitu besar tapi nampak kenyal dengan puting yang sedkit naik keatas. Pinggulnya juga kecil serta bulu kemaluannya di selangkangan baru dipotong pendek.
“Ssudah Anto?” tanya Tante Endang sambil mulai memakai bajunya kembali.
“Eh, belum Tante, kan tadi boleh pegang sekalian, lagian saya belum lihat vagina Tante berdua dengan jelas,” jawabku.
“Kurang ajar kamu,” kata Tante Rina setengah berteriak.
“Ya sudah kalo nggak boleh kukirim foto Tante berdua nih?” jawabku.
“Baiklah,” balas Tante Endang ketus,
“Apalagi yang mesti kami lakukan?”
“Coba Tante berdua duduk di sofa ini,” kataku.
“Dan buka lebar-lebar paha Tante berdua,” kataku ketika mereka mulai duduk.
“Begini Anto, Cepat ya,” balas Tante Rina sambil membuka lebar kedua pahanya.
Hingga tampak vaginanya yang berwarna kemerahan.
“Tante Endang juga dong, rambutnya lebat sih, nggak kelihatan nih,” kataku sambil jongkok diantara mereka berdua.
“Beginikan,” jawab Tante Endang yang juga mulai membuka lebar kedua pahanya dan tangannya menyibakkan rambut kemaluannya kesamping hingga tampak vaginanya yang kecoklatan.
“Anto pegang sebentar ya?” kataku sambil tangan kananku coba meraba selangkangan Tante Endang sementara tangan kiriku meraba selangkangan Tante Rina. Kumainkan jari-jari kedua tanganku di vagina Tante Endang dan Tante Rina.
“Sudah belum, Anto.. Ess..,” kata Tante Endang sedikit mendesah.
“Eeemmhh.. uuhh.. jangan Anto, tolong hentikan.. eemmhh!” desah Tante Rina juga ketika tanganku sampai ke belahan kemaluannya.
“Sebentar lagi kok Tante, memang kenapa?” tanyaku pura-pura sambil terus memainkan kedua tanganku di vagina Tante Endang dan Tante Rina yang mulai membasah.
“Eh, ini apa Tante?” tanyaku pura-pura sambil mengelus-selus klitoris mereka.
“Ohh.. Itu klitoris namanya Anto, jangan kamu pegang ya..,” desis Tante Endang menahan geli.
“Iya jangan kamu gituin klitoris Tante dong,” dasah Tante Rina.
“Memang kenapa Tante, tadi katanya boleh,” kataku sambil terus memainkan klitoris mereka. “Sshh.., oohh.., geliss.., To,” rintih Tante Endang dan Tante Rina.
“Ini lubang vaginanya ya Tante?” tanyaku sambil memainkan tanganku didepan lubang vagina mereka yang semakin basah.
“Boleh dimasukin jari nggak Tante?”
Kembali jariku membuka belahan vagina mereka dan memasukkan jariku, slep.. slep.. bunyi jariku keluar masuk di lubang vagina Tante Rina dan Tante Endang yang makin mendesah-desah tidak karuan,
“Jangan Anto, jangan kamu masukin jari kamu.. Oohh..,” rintih Tante Rina.
“Jangan lho Anto.. sshh..,” desah Tante Endang sambil tangannya meremasi sofa.
“Kenapa? Sebentar saja kok, dimasukkin ya,” kataku sambil memasukkan jari tengahku ke vagina mereka masing-masing.
“Aaahh.., Anto..,” desah Tante Endang dan Tante Rina bersama-sama mersakan jari Anto menelusur masuk ke lubang vagina mereka.
“Ssshh.. eemmhh..!!” Tante Endang dan Tante Rina mulai meracau tidak karuan saat jari-jariku memasuki vagina dan memainkan klitoris mereka.
“Bagaimana Tante Endang,” tanyaku mulai memainkan jariku keluar masuk di vagina mereka.
“Saya cium ya vagina Tante Endang ya?” tanyaku sambil mulai memainkan lidahku di vaginanya. “Sebentar ya Tante Rina,” kataku.
“Jangan.., sshh.. Anto.. ena.., rintih Tante Endang sambil tangannya meremasi rambutku menahan geli.
“Gimana Tante Endang, geli tidak..,” tanya Anto.
“Ssshh.. Anto.. Geli ss..,” rintihnya merasakan daerah sensitifnya terus kumainkan sambil tangannya meremasi sendiri kedua payudaranya.
“Teruss.. Anto,” desis Tante Endang tak kuat lagi menahan nafsunya.
Sementara Tante Rina memainkan vaginanya sendiri dengan jari tanganku yang ia gerakkan keluar masuk. Dan Tante Endang kian mendesah ketika mendekati orgasmenya dan
“Aaahh ss.., Tante sudah nggak kuat lagi,” rintih Tante Endang merasakan lidahku keluar masuk dilubang vaginanya.
“Tante Endang keluar Anto..,” desah lemas Tante Endang dengan kedua kakinya menjepit kepalaku di selangkangannya. Tahu Tante Endang sudah keluar aku bangkit lalu pindah ke vagina Tante Rina dan kubuka kedua pahanya lebar-lebar. Sama seperti Tante Endang Tante Rina juga merintih tidak karuan ketika lidahku mengocok lubang vaginanya.
“Aah ss.., Antoo,.., enak ss..,” rintih Tante Rina sambil menekan kepalaku ke selangkangannya.
Tante Rina di sofa dan kubuka lebar-lebar pahanya. Kubenamkan lidahku liang vagina Tante Rina, ku sedot-sedot klitoris vagina Tante Rina yang ssudah basah itu,
“Teruss.., Antoo.., Tante.., mau kelu.. Aah ss..,” rintih Tante Rina merasakan orgasme pertamanya. Anto lalu duduk diantara Tante Endang dan Tante Rina.
“Gantian dong Tante, punyaku sudah tegang nih,” menunjukkan sarung yang aku pakai tampak menonjol dibagian kemaluanku pada Tante Endang dan Bullik Rina. Kuminta mereka untuk menjilati kemaluanku.
“Kamu nakal Anto, ngerjain kami,” kata Tante Endang sambil tangannya membuka sarungku hingga tampak penisku yang mengacung tegang keatas.
“Iya.., awas kamu Anto.. Tante hisap punya kamu nanti..,” balas Tante Rina sambil memasukkan penisku kemulutnya.
“Ssshh.. Tante.. terus..,” rintih Anto sambil menekan kepala Tante Rina yang naik turun di penisnya. Tante Endang terus menjilati penisku gantian dengan Tante Rina yang lidahnya dengan liar menjilati penisku, dan sesekali memasukkannya kedalam mulunya serta menghisap kuat-kuat penisku didalam mulutnya. Sluurrpp.. sluurpp.. sshhrrpp.. demikian bunyinya ketika dia menghisap.
“Sudah.. Tante, Anto nggak kuat lagi..,” rintih Tante Rina sambil mengangkat kepalaku dari vaginanya.
“Tunggu dulu ya Tante Endang, biar saya dengan Tante Rina dulu,” kataku sambil menarik kepala Tante Endang yang sedang memasukkan penisku kemulutnya.
“Tante Tina sudah nggak tahan nih,” kataku sambil membuka lebar-lebar kedua paha Tante Rina dan berlutut diantaranya.
“Cepatss.. Anto,” desah Tante Rina sambil tangannya mengarahkan penisku ke vaginanya. “Asshhss..,” rintih Tante Rina panjang merasakan penisku meluncur mulus sampai menyentuh rahimnya. Tante Rina mengerang setiap kali aku menyodokkan penisnya. Gesekan demi gesekan, sodokan demi sodokan sungguh membuatku terbuai dan semakin menikmati “perkosaan” ini, aku tidak peduli lagi orang ini sesungguhnya adalah Tanteku sendiri. Kuminta Tante Rina untuk menjilati vagina Tante Endang yang jongkok diatas mulutnya.
“Ushhss.. Geli dik,” desis Tante Endang setiap kali lidah Tante Rina memasuki vaginanya. Sementara aku sambil menyetubuhi Tante Rina tanganku meremas-remas kedua payudara Tante Endang. Tiba-tiba Tante Rina mengangkat pinggulnya sambil mengerang panjang keluar dari mulutnya. “Ahhss.. Anto Tante keluar.. ”
“Sudah keluar ya Tante Rina, sekarang gilran Bu Endang ya,” kataku sambil menarik Tante Endang untuk naik kepangkuanku.
Tante Endang hanya pasrah saja menerima perlakuannya. Kuarahkan penisku ke vagina Tante Endang Lalu Aaahh.. desah Tante Endang merasakan lubang vaginanya dimasuki penisku sambil pinggulnya mulai naik turun. Kunikmati goyangan Tante Endang sambil ‘menyusu’ kedua payudaranya yang tepat di depan wajahku, payudaranya kukulum dan kugigit kecil.
“Teruss.. Tante, vagina Tante enak..,” rintihku sambil terus dalam mulutku menghisap-hisap puting susunya.
“Penis kamu juga sshh..” rintih Tante Endang sambil melakukan gerakan pinggulnya yang memutar sehingga penisku terasa seperti dipijat-pijat.
“Sebentar Tante, coba Tante balik badan,” kataku sambil meminta Tante Endang untuk menungging.
Kusetubuhi Tante Endang dari belakang, sambil tanganku tangannya bergerilya merambahi lekuk-lekuk tubuhnya. Harus kuakui sungguh hebat wanita seumur Tante Endang mempunyai vagina lebih enak dari Tante Rina yang berusia lebih muda. Sudah lebih dari setengah jam aku menggarap Tante Endang, yang makin sering merintih tidak karuan merasakan penisku menusuk-nusuk vaginanya dan tanganku meremasi payudaranya yang bergoyang-goyang akibat hentakan penisku di vaginanya.
“Ssshh.. Anto, Tante mau keluar..” rintih Tante Endang.
“Sabarr.. Tante, sama-sama,” kataku sambil terus memainkan pinggulku maju-mundur.
“Aaahh ss.., Tante Endang keluar..,” melenguh panjang.
“Saya belum, Tante,” kataku kecewa.
“Pake susu Tante aja ya,” jawab Tante Endang jongkok didepanku sambil menjepitkan penisku yang ssudah licin mengkilap itu di antara kedua payudaranya yag besar, lalu dikocoknya.
“Terus, Tante enak ss..,” rintihku.
Melihat hal itu Tante Rina bangun sambil membuka mulutnya dan memasukkan penisku ke mulutnya sambil dihisap-hisap. Tak lama setelah mereka memainkan penisku, mengeluarkan maninya menyempot dengan deras
“Terima kasih ya Tante,” jawabku sambil meremas payudara mereka masing-masing.
Cerita Dewasa Tante BinalWaktu itu saya masih sekolah di salah satu SMP favorit di Yogyakarta. Hari itu saya sakit sehingga saya tidak bisa berangkat sekolah, setelah surat ijin saya titipkan ke teman terus saya pulang. Ketika sampai di rumah Papa dan Mama sudah pergi ke kantor dan Mama pesan supaya saya istirahat saja di rumah dan Mama sudah memanggil Tante Vida untuk menjaga saya.
Tante Vida waktu itu masih sekolah di sekolah perawat. Sehabis minum obat, mata saya terasa mengantuk. Ketika mau terlelap Tante Vida mengetuk kamarku.
Dia bilang, "Dod, sudah tidur?" Saya jawab dari dalam, "Belum, tante!" Tante Vida bertanya, "Kalau belum boleh tante masuk." Terus saya bukakan pintu, waktu itu saya sempat kaget juga melihat Tante Vida. Dia baru saja pulang dari aerobik, masih dengan pakaian senam dia masuk ke kamar. Walau masih SMP kelas 2 lihat Tante Vida dengan pakaian gitu merasa keder juga. Payudaranya yang montok seperti tak kuasa pakaian senam itu menahannya. Kemudian dia duduk di samping. Dia bilang, "Dod, kamu mau saya ajari permainan nggak Dod?" Tanpa pikir panjang, saya jawab, "Mau tante, tapi permainan apa lha wong Dodi baru sakit gini kok!"
Tante Vida berkata, "Namanya permainan kenikmatan, tapi mainnya harus di kamar mandi. Yuk" Sambil Tante Vida menggandeng tanganku masuk ke kamar mandi saya. Saya sih mau-mau saja. Kemudian mulai dia melorotkan celana saya sambil berkata, "Wah, burungmu untuk anak SMP tergolong besar Dod." Tante Vida terkagum-kagum. Waktu itu saya cuma cengengesan saja, lha wong hati saya deg-degan sekali waktu itu.
Terus dia mulai membasahi kemaluan saya dengan air, kemudian dia beri shampo, terus digosok. Lama-lama saya merasa kemaluan saya semakin lama semakin keras. Setelah terasa kemudian dia melucuti pakaiannya satu demi satu. Ya, tuhan ternyata tubuhnya sintal banget. Payudaranya yang montok, dengan pent*l yang tegang, pantat yang berisi dan sintal kemudian vag*nanya yang merah muda dengan rambut kemaluan yang lebat. Kemudian dia berjongkok, setelah itu dia mengulum pen*s saya, dadanya yang montok ikut bergoyang. Dada dan nafasku semakin memburu.
Saya cuma bisa memejamkan mata, aduh nikmatnya yang namanya permainan s*ks. Kemudian, saya nggak tahu tiba-tiba saja naluri saya bergerak. Tangan saya mulai meremas-remas dadanya, sementara tangan saya yang satu turun mencari liang vag*nanya. Kemudian saya masukkan jari saya, dia meritih, "Akhh, Dodi!" Saya semakin panas, saya kulum bibirnya yang ranum, saya nggak peduli lagi. Setelah bibir, kemudian turun saya ciumi leher dan akhir saya kulum punting susunya. Dia semakin merintih, "Aakhh, Dodi terus Dod!" Saya nggak tahu berapa lama kami di kamar mandi, terus tahu-tahu dia sudah di atas saya. "Dodi sekarang tante kasih akhir permaianan yang manis, ya?"
Dia meraih kemaluan saya yang sudah tegang sekali waktu itu. Kemudian dimasukkan ke dalam vag*nanya. Kami berdua sama-sama merintih, "Akhh! Lagi tante.. lagi tantee." Terus dia mulai naik turun, sampai saya merasa ada yang meletus dari pen*s saya dan kami sama-sama lemas. Setelah itu kami mandi bersama-sama. Waktu mandi pun kami sempat mengulangi beberapa kali.
Setelah itu kami berdua sama-sama ketagihan. Kami bermain mulai dari kamar saya, pernah di sebuah hotel di kaliurang malah pernah cuma di dalam mobil. Rata-rata dalam satu minggu kami bisa 2-3 kali bermain dan pasti berakhir dengan kepuasan karena Tante Vida pintar membuat variasi permainan sehingga kami tidak bosan. Setelah Tante Vida menikah saya jadi kesepian. Kadang kalau baru kepingin saya cuma bisa dengan pacar saya, Nanda.
Untung kami sama-sama tegangan tinggi, tapi dari segi kepuasan saya kurang puas mungkin karena saya sudah jadi "Hipers*ks" atau mungkin Tante Vida yang begitu mahirnya sehingga bisa mengimbangi apa yang saya mau. Nah, buat cewek-cewek atau tante-tante bermukim di Yogya yang sama-sama tegangan tinggi, kapan-kapan kita bisa saling berkenalan dan berhubungan. Mungkin kita bisa bermain seperti Tante Vida.
Cerita Dewasa Tante BinalCerita panas kali ini di mulai ketika waktu Tante Mira mengenalkan salah satu temannya yang kebetulan ketemu disebuah restoran dimall daerah jakarta pusat. Dari sinilah cerita dewasa ini di mulai ya saya Sebut saja dia Tante Yohana, dia juga wanita chinese yang berumur hampir 50, sebaya dengan Tante Mira hanya beda 1 atau 2 tahun saja yang sudah ditinggal suaminya karena wanita lain. Postur tubuhnya juga tidak jauh dengan Tante Mira, agak gemuk hanya saja Tante Yohana lebih pendek dari Tante Mira dan wajahnya juga lebih kelihatan tua karena tampak kerutan-kerutan diwajahnya mungkin terlalu banyak pikiran.
Waktu itu dia sedang jalan sendirian akan makan dan kebetulan ketemu dengan kami yang akhirnya dia diajak bergabung oleh Tante Mira, dan aku dikenalkan oleh Tante Mira kepadanya sebagai keponakan jauhnya. Setelah makan kami melanjutkan perbincangan sambil jalan melihat-lihat barang di toko-toko yang ada dimall itu. Entah apa yang dibicarakan oleh mereka berdua secara bisik-bisik karena aku lihat lirikan Tante Yohana yang melihat aku sambil senyum-senyum, dan setelah itu dia sering mencuri-curi pandang melihatku. Setelah lelah jalan-jalan dan hari mulai sore Tante Yohana akhirnya pulang.
“Oke, Mir. Aku pulang dulu ya, hampir sore nih. Sampai ketemu lagi Ferry” kata Tante Yohana sambil tersenyum penuh arti kepadaku yang membuat aku tambah bingung dan dia melenggang menuju carcall untuk memanggil sopirnya.
Sepeninggal Tante Yohana kami menuju food court untuk membeli minum dan istirahat.
“Fer, menurut kamu Tante Yo gimana?” tanye Tante Mira padaku setelah membeli minum dan duduk ditempat yang agak memojok dan meminum minumannya.
“Mmm.. gimana apanya Tante?” jawabku bingung mendengar pertanyaan Tante Mira sambil menyedot minuman ringan yang aku pesan.
“Ah kamu ini, pura-pura nggak ngerti apa emang nggak ngerti? Ya sifat orangnyalah, bodynyalah, facenyalah dan lain-lainnyalah” jawab Tante Mira agak sewot.
“Oo, kalo sifatnya sih saya belum tau bener, kan baru sekali ketemu, tapi keliatannya orangnya baik dan ramah, terus kalo face dan bodinya mm.. biasa-biasa aja tuh” jawabku sambil tersenyum.
“Emang kenapa Tante, kok Tante tanya gitu? Bikin aku bingung aja. Terus tadi ngomongin apa sih? Kok pake bisik-bisik terus Tante Yohana jadi aneh sikapnya” tanyaku pada Tante Mira.
“Fer, kamu tahukan kalo Tante Yo itu sudah lama hidup sendiri sejak pisah sama suaminya. Nah tadi waktu Tante Yo lihat kamu dia langsung tertarik sama kamu, dan dia nanyain tentang kamu terus ke Tante sebab dia nggak percaya kalo kamu itu keponakan jauh Tante, jadi Tante terpaksa cerita dech kedia siapa kamu sebenernya. Kamu jangan marah ya, abis Tante Yo itu suka maksa kalo keinginannya belum kesampaian” jawab Tante Mira.
“Terus.. mm.. dia pengen sama kamu Fer.. gimana? Kamu mau nggak?” tanya Tante Mira dengan wajah serius.
“Wah gimana ya, repot juga nich kalo sampai dia ngomong-ngomong ke orang lain, bisa tercemar nama Tante. Kalo menurut Tante dia bisa jaga rahasia kita dengan cara gitu ya sudah, saya akan layani dia” jawabku serius juga.
“Tapi nanti kamu jangan lupain Tante ya kalo sudah dekat sama dia” kata Tante Mira was-was.
“Ah Tante ini ada-ada saja, nggak mungkinlah saya lupa sama Tante, sayakan kenal Tante dulu baru Tante Yo” jawabku menghibur Tante Mira yang terlihat agak sedih dari ekspresi mukanya.
“Yah.. sapa tahu kamu bisa dapet lebih dari Tante Yo dan lupain Tante deh” katanya lagi sambil menghembuskan nafas.
“Jangan kuatir Tante, saya bukan tipe orang yang gampang ngelupain jasa baik orang kepada saya, jadi Tante tenang saja” jawabku kemudian.
“Okelah kalo gitu nanti Tante hubungi Tante Yo, biar dia nanti hubungi kamu” kata Tante Mira kemudian.
Setelah itu Tante Mira lebih banyak diam entah apa yang ada dalam pikirannya dan tak lama kemudian kamipun pulang.
Malamnya Tante Yo menghubungi aku lewat telepon.
“Hallo Ferry, ini Tante Yo masih ingatkan?” tanya Tante Yo dari seberang.
“O iya masih, kan baru tadi siang ketemu, ada apa Tante?” jawabku sambil bertanya.
“Tadi Tante Mira sudah cerita belum sama kamu tentang Tante?” tanyanya lagi.
“Sudah sih, mm.. memang Tante serius?” tanyaku lagi pada Tante Yo.
“Serius dong, gimana kamu okekan?” tanya Tante Yo lagi.
“Kalo gitu oke dech” jawabku singkat.
Lalu kami bercakap-cakap sebentar dan kami akhirnya kami janjian besok pagi dilobby hotel “XX” didaerah jakarta barat dan dia akan datang lebih awal karena akan check-in dulu, setelah itu teleponpun ditutup. Keesokannya seperti biasa aku memakai baju rapi seperti orang kerja supaya tidak terlalu menyolok dan aku menunggu di lobby hotel tersebut karena aku juga datang lebih awal, tak lama aku menunggu teleponku berdering.
“Hallo Ferry, ini Tante Yo. Tante sudah ada diatas, kamu langsung naik aja di kamar 888 oke? Tante tunggu ya” kata Tante Yomemberitahukan kamarnya.
“Oke Tante saya segera kesana, saya juga sudah di lobby” jawabku singkat dan menutup pembicaraan.
Setelah mematikan teleponku agar tidak diganggu, aku naik lift menuju kamar Tante Yo. Sampai didepan pintu kutekan bel dan Tante Yo membukakan pintu.
“Ayo masuk, udah daritadi Tante sampai dan langsung check-in. O ya, kamu mau minum atau mau pesan makan apa? tadi sih Tante sudah pesan makan dan minum untuk dua orang, tapi kalau kamu mau pesan yang lain pesan saja, jadi sekalian nanti diantarnya” kata Tante Yo sambil mempersilahkan aku masuk dan menutup pintu.
“Yah sudah kalau Tante sudah pesan, nggak usah pesan lagi, nanti kebanyakan makanan malah bingung” jawabku.
“Kok bingung kan buat gantiin tenaga kamu he he he” jawab Tante Yo bercanda.
Kemudian Tante Yo duduk di sofa besar yang ada didalam kamar itu dan aku duduk di sebelahnya, kami berbincang-bincang sambil menonton TV lalu aku mendekati Tante Yo dan memeluk pundaknya, kemudian Tante Yo merebahkan kepalanya kepundakku, kubelai rambutnya dan kukecup kening Tante Yo.
“Mmm.. kamu romantis ya Fer, pantes Mira suka sama kamu. hh.. sudah lama Tante nggak merasakan suasana romantis seperti ini” kata Tante Yo sambil menghembuskan nafas.
“Ya sudahlah Tante, yang penting hari ini Tante akan merasakan hangat dan romantisnya cinta, karena hari ini aku milik Tante sepenuhnya” jawabku menghibur dia sambil kukecup lagi keningnya.
Tante Yo menatapku sendu sambil tersenyum.
“Terima kasih sayang” kata Tante Yo.
Dan kutatap matanya yang sendu dalam-dalam lalu kukecup bibirnya.
Kecupanku dibibirnya perlahan berubah menjadi ciuman lembut yang dibalas Tante Yo dengan lembut juga, sepertinya Tante Yo benar-benar ingin merasakan nikmatnya berciuman yang sudah lama tidak dirasakannya. Kami saling cium, saling kulum, dan saling memainkan lidah kemulut pasangan kami. Kugelitik lidah Tante Yo dengan lidahku dan kusapu langit-langit mulutnya sambil kupeluk tubuhnya dan kuraba wajah dan tengkuk serta lehernya dengan tanganku yang lainnya.
“Ahh sayang, aku suka sekali ciuman kamu, mm.. ciuman kamu lebut dan merangsang, mm.. kamu memang pintar berciuman, ahh.. ayo sayang beri Tante yang lebih dari ini” kata Tante Yo disela-sela ciuman kami dan berciuman lagi.
Tanganku mulai bergerak meremas kedua payudara milik Tante Yo bergantian. Tapi aksi kami terganggu oleh pelayan yang mengantar makanan yang dipesan oleh Tante Yo. Setelah pelayan keluar dan Tante Yo memberikan tip, tiba-tiba Tante Yo menabrak aku dan mendorong aku hingga terjatuh diatas tempat tidur dan dengan buas dia langsung memelorotkan celana dan celana dalamku, hingga penisku yang masih tidur terbebas dari sarangnya dan langsung diterkam olehnya. Disedot, dikulum dan digigitnya penisku yang mulai bangkit dengan napsu dan buas, dan kedua tangannya tak henti-henti mengocok dan memainkan kedua bolaku.
“Ahh Tante.. pelan-pelan Tante.. ahh.. enak sekali Tante.. ohh” desahku menahan nikmat yang diberikan oleh Tante Yo padaku.
Tanganku hanya bisa meremas rambut Tante Yo dan seprei kasur yang sudah mulai berantakan, tak lama kemudian kulepaskan kepala Tante Yo dari penisku, kuangkat Tante Yo dan kurebahkan dikasur.
“Sekarang giliranku, Tante diam saja dan nikmati permainan ini ya” kataku sambil mengecup bibir Tante Yo dan mulai mencumbu Tante Yo sementara Tante Yo hanya diam saja sambil menatapku dengan sendu.
Kumulai cumbuanku dengan menciumi bibirnya dan perlahan turun kelehernya sambil kubuka kancing baju Tante Yo satu persatu sambil terus turun kedadanya. Setelah kancing bajunya terbukan semua, kuraih pengait BH yang ada dibelakang dan kubuka sehingga ikatan BHnya terbuka dan ku lepaskan BH Tante Yo lewat kedua tangannya tanpa melepas baju Tante Yo, setelah lepas langsung kuciumi kedua payudara Tante Yo, kuciumi seluruhnya kecuali putingnya yang sudah berdiri mengacung minta dikulum tapi tidak pernah kukulum, setiap kali ciuman dan jilatanku sudah dekat dengan putingnya ciuman dan jilatanku turun lagi kepangkal payudaranya dan terus turun sampai ke perut dan bermain-main dipusar sambil kujilati lubang pusar Tante Yo lalu naik lagi terus berulangkali, kusingkap rok yang dipakai oleh Tante Yo kemudian tanganku mulai bekerja meraba-raba paha dan lutut Tante Yo lalu mulai melepaskan celana dalam yang dipakai oleh Tante Yo.
Ketika permainan mulutku mencapai perutnya kutarik celana dalam Tante Yo, dan Tante Yo mengangkat pantatnya sehingga celana dalamnya dengan mudah lepas dari tempatnya. Kupelorotkan celana dalam Tante Yo sampai sebatas lutut lalu ciumanku naik lagi kearah payudaranya, dan ketika jilatanku mendekati puting Tante Yo tangankupun mendekati vagina Tante Yo dan ketika bibir dan lidahku mulai memainkan puting Tante Yo tangan dan jari-jariku juga mulai bermain dibibir vagina Tante Yo yang ternyata sudah basah. Ketika kukulum puting Tante Yo yang sudah berdiri dari tadi kumainkan juga kelentitnya dengan jari-jari tanganku yang seketika itu juga membuat tubuh Tante Yo melengkung keatas.
“Akhh.. Ferry.. kamu benar-benar gila sayang, kamu kejam sekali mempermainkan Tante.. akhh.. ferry enak sekali sayang.. akhh.. gila.. kamu bener-bener gila sayang” teriak Tante Yo histeris sambil tangannya meremas seprei dan rambut kepalaku bergantian.
Tak kuhiraukan teriakan Tante Yo dan aku terus mengulum kedua puting dan menjilati kedua payudara Tante Yo bergantian. Tak lama kemudian kurasakan vagina Tante Yo bertambah basah dan tubuhnya mulai bergetar keras yang disertai erangan-erangan, akhirnya Tante Yo mendapatkan orgasme pertamanya.
Pada saat tubuhnya mulai tenang, kulepaskan cumbuanku di payudaranya dan langsung kuangkat kedua kakinya sehingga kepalaku dengan mudah menuju kevaginanya dan langsung kujilat dan kukulum serta kusedot-sedot vagina dan kelentit Tante Yo.
“Akhh.. ahh.. gila.. ini namanya penyiksaan kenikmatan.. ahh.. kamu memang gila sayang.. ahh.. aku nggak kuat lagi sayang.. ahh.. terus sedot yang kuat sayang.. ahh.. tusuk dengan jarimu sayang.. ahh.. tusuk yang kuat.. ahh sayang.. Tante mau.. ahh.. mau dapet lagi sayang.. ahh.. kamu benar-benar gila” teriak Tante Yo histeris memohon, lalu tubuhnya mulai bergetar lagi merasakan orgasme kedua yang datang menghampirinya.
Kuturuti permintaanya dengan menusukan jariku dan kumainkan jariku dengan menyentuhkan jariku kedinding vaginanya yang berkedut-kedut sambil terus bibir dan lidahku memainkan perannya dikelentit Tante Yo. Tubuh Tante Yo bergetar keras dan pinggulnya bergoyang-goyang mengikuti irama tusukan jariku sambil tak henti-hentinya menjerit-jerit histeris sambil kedua tangannya meremas dan menjambak-jambak rambutku.
“Ahh.. Ferryy.. sayang.. ahh.. enak sayang.. ahh.. sodok yang keras sayang.. ahh.. sedot itilku yang kuat.. ahh.. yang kuatt.. ” jerit histeris Tante Yo mengantar orgasmenya yang kedua itu.
Dan ketika tubuh Tante Yo sudah hampir tenang lagi, kuhentikan juga semua aktivitasku dan kulepas celana dalam Tante Yo yang masih sebatas lulut sehingga lepas semua, lalu kuatur posisiku dan kutusukkan penisku kedalam lubang vagina Tante Yo.
“Okhh.. jangan dulu sayang.. jangan.. ahh.. stop sayang.. stop.. biar Tante istirahat dulu” pinta Tante Yo padaku, tapi aku tidak menghiraukan permintaanya sambil terus kutusukan penisku sampai masuk seluruhnya dan mulai kugoyang, kuputar dan kukocok penisku dalam vagina Tante Yo.
Tak lama kemudian kuangkat tubuh Tante Yo hingga posisi Tante Yo kini dalam pangkuanku, dan dalam posisi Tante Yo sedang menaik turunkan pantat dan menggoyangkan pinggulnya kulepas baju Tante Yo yang masih melekat dan kulemparkan entah kemana lalu kubuka pengait dan resleting rok Tante Yo dan kulepas rok Tante Yo dari atas dan kulemparkan juga entah kemana hingga kini tidak ada selembar benangpun yang menempel ditubuh Tante Yo lalu akupun melepaskan bajuku sendiri dan kulemparkan sembarangan. Setelah melepaskan baju mulai kuputar-putar pantatku hingga penisku lebih menggesek dinding vagina Tante Yo.
“Akhh.. sayang.. ahh.. kamu memang gila sayang.. ahh.. kamu.. ahh.. kamu memang gila.. ohh.. penis kamu benar-benar.. ahh.. kamu pintar sekali sayang.. pintar dan gila.. ahh.. Tante mau.. ahh.. mau keluar lagi.. ahh.. Tante nggak kuat lagi sayang.. ahh” jerit Tante Yo histeris dan tubuhnya mulai bergetar mendapat orgasmenya yang ketiga, kurasakan cairan diliang vagina Tante Yo bertambah banyak dan kurasakan juga kedutan-kedutan dari dinding vagina Tante Yo.
Lalu kurebahkan tubuh Tante Yo dan terus kugenjot penisku didalamnya yang sekali-kali kuputar-putar pinggulku, tubuh Tante Yo tambah bergetar dengan kencang, goyangan dan kocokan penisku juga tambah kencang, lalu kumainkan tanganku dikelentitnya sambil kurebahkan kepalaku kedadanya dan kusedot dan kukulum dengan kuat juga kedua puting Tante Yo bergantian dan kedutan-kedutan dinding vagina Tante Yo juga bertambah kuat sehingga penisku merasakan sensasi yang membuat aku merasakan sesuatu yang akan segera meledak keluar.
“Akh.. Tante aku mau keluar Tante.. akhh.. aku keluar Tante” kataku disela-sela kuluman mulutku diputingnya sambil terus mengocok penisku dengan cepat dan kuat dalam liang vagina Tante Yo.
“Ahh.. iya sayang.. ahh.. keluarkan saja.. ahh.. Tante juga.. ahh.. sudah nggak kuat lagi.. ahh” teriak Tante Yo dan memelukku dengan erat sambil tubuhnya terus bergetar, kurasakan kuku-kukunya mencakar punggungku.
Lalu meledaklah cairan kenikmatan yang kukeluarkan dalam vagina Tante Yo yang sudah basah sehingga bertambah basah lagi, ketika kenikmatanku meledak dan tubuhku bergetar kenikmatan kukocok dengan keras dan kuat penisku dalam vagina Tante Yo sehingga ada cairan yang keluar dari dalam vagina Tante Yo yang kurasakan dari tanganku yang basah karena masih memainkan kelentit Tante Yo. Tubuh kami sama-sama bergetar dengan kencang, keringat kami bersatu dan seluruh ruangan dipenuhi oleh suara erangan dan jeritan kenikmatan yang kami dapatkan pada saat bersamaan.
Setelah tubuhku dan Tante Yo mulai tenang kembali, kulepaskan penisku dari vaginanya yang sudah sangat basah, lalu kubersihkan vagina yang penuh dengan cairan kenikmatan kami berdua dengan sedotan dan jilatanku, kujilati sampai bersih dan sayup-sayup kudengan erangan pelan Tante Yo yang memejamkan matanya merasakan kenikmatan yang baru saja dia dapatkan. Setelah bersih kurebahkan tubuhku disamping Tante Yo, lalu kupeluk dia dan kukecup pipi Tante Yo.
“Ahh.. terima kasih sayang.. terima kasih daun mudaku.. uhh.. rasanya tubuhku ringan sekali bagaikan kapas yang masih terbang diawang-awang, ahh.. nikmat sekali tadi kurasakan, kamu memang pintar sayang, baru sekali ini kurasakan orgasme beruntun seperti tadi, sampai lemas tubuh Tante” kata Tante Yo sambil membuka matanya dan tersenyum padaku.
“Ah Tante Yo bisa aja.. aku juga tadi nikmat sekali, kedutan dinding vagina Tante Yo membuat penisku merasakan seperti diremas-remas, nikmat sekali” balasku sambil kuusap keringat yang ada di keningnya dan kukecup kening Tante Yo, lalu aku bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh yang penuh dengan keringat dan disusul oleh Tante Yo dan kamipun saling membersihkan tubuh.
Selesai membersihkan tubuh dan dalam keadaan masih bugil kami lalu menyantap makanan yang tadi dipesan oleh Tante Yo sambil bercakap-cakap dan bercanda, sedangkan tangan Tante Yo tidak pernah lepas dari selangkanganku. Selesai makan kami melanjutkan percakapan kami diatas tempat tidur sambil saling memeluk hingga akhirnya kamipun tertidur untuk memulihkan tenaga yang akan membuat pertarungan berikutnya lebih seru lagi. Dan mulai sejak itu jadilah aku daun muda kesayangan Tante Yohana dan Tante mira.